Profil Desa Tembongraja
Ketahui informasi secara rinci Desa Tembongraja mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.
Tentang Kami
Desa Tembongraja, Kecamatan Salem, Brebes: perpaduan antara ketangguhan masyarakat di tengah tantangan geografis dan potensi agraris yang subur. Dikenal dengan produk Sale Pisang dan keindahan alam tersembunyi seperti Curug Panyusuhan.
-
Lokasi Strategis dan Rawan Bencana
Terletak di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Barat, wilayah desa ini memiliki kontur perbukitan yang subur namun juga memiliki tingkat kerawanan tinggi terhadap bencana tanah longsor
-
Andalan Sektor Pertanian
Mayoritas penduduk menggantungkan hidup pada sektor pertanian, khususnya padi sawah tadah hujan dan palawija, dengan produk olahan khas berupa sale pisang yang menjadi potensi ekonomi lokal
-
Bangkit Melalui Infrastruktur
Peningkatan kualitas dan pembangunan infrastruktur jalan provinsi menjadi titik balik penting bagi desa, membuka aksesibilitas dan memperkuat konektivitas ekonomi setelah sebelumnya kerap terisolasi akibat bencana alam

Desa Tembongraja, sebuah wilayah administratif di Kecamatan Salem, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, menunjukkan potret sebuah komunitas yang tangguh dalam menghadapi dinamika alam sekaligus terus berupaya mengoptimalkan potensi yang dimiliki. Terletak di ujung barat daya kabupaten, desa ini menjadi salah satu beranda Provinsi Jawa Tengah yang berbatasan langsung dengan Jawa Barat. Dengan denyut kehidupan yang berpusat pada sektor agraris dan ditopang oleh semangat gotong royong, Tembongraja secara perlahan namun pasti terus bergerak maju, menjadikan tantangan geografis sebagai pemacu pembangunan dan inovasi.
Kisah desa ini ialah cerminan dari kehidupan masyarakat di dataran tinggi yang subur namun rentan. Di satu sisi, lahan yang luas dan subur memberikan harapan bagi sektor pertanian. Di sisi lain, kontur wilayah yang berbukit-bukit menuntut kewaspadaan konstan terhadap ancaman bencana hidrometeorologi, terutama tanah longsor. Namun dengan adanya berbagai program pembangunan, khususnya perbaikan infrastruktur jalan yang menjadi urat nadi perekonomian, Desa Tembongraja menyongsong masa depan dengan optimisme yang lebih besar. Profil ini akan mengulas secara mendalam mengenai kondisi geografis, demografi, potensi ekonomi, hingga dinamika pemerintahan dan pembangunan yang membentuk wajah Desa Tembongraja saat ini.
Geografi dan Wilayah Administratif
Desa Tembongraja secara geografis terletak pada koordinat 7°9′18″ Lintang Selatan dan 108°46′4″ Bujur Timur. Desa ini merupakan bagian dari Kecamatan Salem, sebuah kecamatan yang dikenal sebagai daerah pegunungan dengan tanah yang cenderung labil. Letaknya yang strategis di perbatasan provinsi menjadikannya gerbang sekaligus benteng bagi pertukaran budaya dan ekonomi antara masyarakat Sunda Priangan Timur dan Jawa Tengah.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) dalam publikasi "Kecamatan Salem Dalam Angka 2006", luas wilayah Desa Tembongraja mencapai 1.263 hektare atau 12,63 km². Wilayah ini terdiri dari lahan sawah seluas 531 hektare dan lahan bukan sawah (meliputi pekarangan, tegalan dan hutan) seluas 732 hektare. Sebagian besar lahan sawah di desa ini merupakan sawah tadah hujan, yang produktivitasnya sangat bergantung pada siklus musim.
Secara administratif, Desa Tembongraja berbatasan langsung dengan beberapa wilayah lainnya. Di sebelah utara, desa ini berbatasan dengan kawasan Pegunungan Lio yang menjadi batas alam dengan Kecamatan Banjarharjo. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Salem yang merupakan ibu kota kecamatan. Di sisi selatan, wilayahnya bersebelahan dengan Desa Windusakti, sementara di sebelah barat berbatasan langsung dengan wilayah Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa Barat. Batas-batas wilayah ini tidak hanya bersifat administratif, tetapi juga membentuk interaksi sosial dan ekonomi yang unik bagi masyarakat Tembongraja.
Demografi dan Struktur Kependudukan
Menurut data Sensus Penduduk yang dirilis oleh BPS pada tahun 2020, jumlah penduduk Desa Tembongraja tercatat sebanyak 4.726 jiwa. Dengan luas wilayah 12,63 km², maka kepadatan penduduk desa ini mencapai sekitar 374 jiwa per kilometer persegi. Angka ini menunjukkan tingkat kepadatan yang cukup sedang untuk ukuran wilayah perdesaan di pegunungan, di mana permukiman penduduk cenderung mengelompok di area yang lebih landai dan aman.
Struktur kependudukan Desa Tembongraja didominasi oleh masyarakat dengan mata pencaharian di sektor pertanian. Sebagian besar penduduk bekerja sebagai petani pemilik lahan maupun buruh tani. Komoditas utama yang ditanam yakni padi, diikuti oleh tanaman palawija dan hasil kebun lainnya. Selain pertanian, sebagian kecil penduduk lainnya bekerja sebagai pegawai negeri, pedagang, pengrajin, dan penyedia jasa transportasi lokal seperti ojek.
Bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari oleh masyarakat Desa Tembongraja, seperti halnya mayoritas penduduk Kecamatan Salem, ialah Bahasa Sunda dengan dialek khas Brebes. Penggunaan bahasa ini menjadi salah satu penanda identitas budaya yang kuat di tengah perpaduan kultur Jawa dan Sunda di Kabupaten Brebes. Kehidupan sosial masyarakatnya masih sangat kental dengan nilai-nilai kebersamaan dan gotong royong, yang sering kali menjadi modal sosial utama dalam menghadapi berbagai tantangan, termasuk saat terjadi bencana alam.
Potensi Ekonomi dan Pertanian Lokal
Tulang punggung perekonomian Desa Tembongraja terletak pada sektor pertanian. Lahan sawah yang luas, meskipun sebagian besar merupakan tadah hujan, menjadi sumber utama penghasilan bagi masyarakat. Program peningkatan produktivitas, seperti yang pernah diinisiasi melalui BUMDesMa untuk padi merah jenis Pamelen di tingkat kecamatan, menjadi salah satu upaya untuk meningkatkan nilai tambah hasil pertanian.
Di luar padi, potensi agraris lainnya datang dari hasil kebun dan pekarangan. Tanaman seperti pisang, durian, dan petai tumbuh subur di wilayah ini. Salah satu produk olahan yang mulai dikenal dan menjadi ciri khas desa ini ialah sale pisang. Beberapa warga secara aktif memproduksi dan memasarkan "Sale Pisang Khas Desa Tembongraja" melalui platform daring maupun pasar lokal. Keberadaan produk ini menunjukkan adanya inisiatif ekonomi kreatif di tingkat desa untuk mengolah hasil panen menjadi produk bernilai jual lebih tinggi.
Di tingkat regional kecamatan, pengembangan komoditas kopi jenis robusta, seperti yang sukses di Desa Capar (Kopi Capar), memberikan inspirasi bahwa Tembongraja juga memiliki potensi untuk pengembangan tanaman perkebunan serupa. Kondisi agroklimat yang mendukung memungkinkan diversifikasi tanaman bernilai ekonomi tinggi di masa depan. Namun, tantangan utama yang dihadapi para petani ialah akses terhadap pasar yang lebih luas dan stabilitas harga komoditas. Peningkatan infrastruktur jalan diharapkan dapat mengatasi sebagian dari masalah ini dengan memperlancar arus distribusi barang dari desa ke pusat-pusat ekonomi di Brebes maupun kota-kota di Jawa Barat.
Pariwisata Alam dan Warisan Budaya
Meskipun belum tergarap secara maksimal, Desa Tembongraja menyimpan potensi pariwisata berbasis alam yang menarik. Salah satu daya tarik utama yang sering disebut ialah Curug Panyusuhan. Air terjun ini terletak di hulu Sungai Cigunung dan disebut-sebut memiliki beberapa tingkatan yang indah. Untuk mencapainya, pengunjung harus menempuh perjalanan dengan berjalan kaki selama kurang lebih satu setengah jam dari permukiman warga. Lokasinya yang tersembunyi menawarkan pengalaman petualangan bagi para pencinta alam yang mencari ketenangan dan keaslian suasana pedesaan.
Pengembangan Curug Panyusuhan sebagai destinasi wisata yang lebih terkelola dapat menjadi sumber pendapatan alternatif bagi masyarakat desa. Hal ini dapat dilakukan melalui pembentukan kelompok sadar wisata (Pokdarwis), pembangunan jalur trekking yang aman, serta penyediaan fasilitas pendukung yang memadai tanpa merusak ekosistem alaminya.
Dari sisi budaya, tradisi dan kearifan lokal masyarakat Sunda di Tembongraja menjadi daya tarik tersendiri. Adat istiadat, kesenian tradisional, dan nilai-nilai gotong royong yang masih terjaga merupakan aset budaya tak benda yang dapat diperkenalkan kepada pengunjung. Integrasi antara wisata alam dan wisata budaya dapat menciptakan paket pengalaman yang unik, memperkuat identitas desa, dan memberikan manfaat ekonomi yang lebih luas bagi komunitas lokal.
Pemerintahan dan Dinamika Pembangunan
Roda pemerintahan di Desa Tembongraja berjalan secara aktif di bawah kepemimpinan kepala desa dan jajarannya. Berdasarkan catatan publik, pada tahun 2021-2022, desa ini dipimpin oleh Kepala Desa Darno Susanto, S.IP., dan Sekretaris Desa Kasno Efendi. Pelaksanaan pemerintahan didasarkan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) yang dirumuskan setiap tahun melalui musyawarah desa, mencakup alokasi untuk pembangunan fisik, pemberdayaan masyarakat, dan penanggulangan bencana. Pada Juni 2023, dilaksanakan pelantikan perangkat desa baru untuk formasi kepala dusun, yang menandakan adanya regenerasi dan keberlanjutan dalam struktur pemerintahan.
Tantangan terbesar yang dihadapi pemerintah desa dan masyarakat ialah mitigasi dan penanggulangan bencana tanah longsor. Wilayah Kecamatan Salem, termasuk Tembongraja, secara historis sering mengalami kejadian longsor yang memutus akses jalan dan mengisolasi permukiman. Salah satu kejadian signifikan terjadi pada akhir tahun 2023 atau awal 2024, di mana serangkaian titik longsor sempat memutus total jalan penghubung antara Desa Tembongraja, Desa Winduasri, dan Desa Capar.
Menjawab tantangan tersebut, pemerintah pusat dan provinsi telah memberikan perhatian khusus. Proyek besar pembangunan dan perbaikan ruas jalan provinsi yang menghubungkan Salem dengan Banjarharjo (jalur Gunung Lio) yang rampung pada awal 2023 menjadi angin segar. Pembangunan jalan yang lebih lebar, kokoh, dan di beberapa titik direlokasi ke jalur yang lebih aman, secara drastis meningkatkan konektivitas dan keamanan. Keberhasilan pembangunan infrastruktur ini tidak hanya memperlancar transportasi dan perekonomian, tetapi juga meningkatkan rasa aman dan optimisme warga Tembongraja untuk terus membangun dan mengembangkan potensi desa mereka.